Tari chit ngiat pan: refleksi hubungan sosial atas semboyan “fan ngin tong ngin jit jong”

Interaksi adalah kegiatan sosial yang dapat mengarahkan individu pada sebuah proses sosial. Melalui proses sosial individu dapat menentukan perannya sebagai makhluk sosial sehingga individu memiliki kemampuan untuk dapat menghimpun diri menjadi satuan sosial-budaya yang lebih luas yakni masyarakat. Adanya kehidupan masyarakat yang homogen dipercaya dapat diatasi dengan mengacu pada unsur penting dalam kebudayaan. Pentingnya sebuah kebudayaan dapat menjadi salah satu upaya untuk mempersatukan bangsa yang di dalamnya terdapat beragam rumpun masyarakat serta budaya. Seni adalah bagian dari kebudayaan yang dapat dijadikan sebagai konsep keberanian dalam menunjukkan bentuk keberagaman di masyarakat.Dalam persepektif sosiologis menilai sebuah karya seni tidak hanya sekedar kegiatan yang terbatas pada individu tertentu, serta tidak semata-mata hanya memberikan kepuasan kepada seniman penciptanya, melainkan bermanfaat bagi kehidupan sosial secara keseluruhan. Pada penelitian ini seni yang yang menjadi kajian penelitian yakni seni tari. Fokus tujuan pada penelitian ini adalah untuk merefleksikan hubungan sosial atas semboyan “fan ngin tong ngin jit jong” pada Tari Chit Ngiat Pandalam hubungannya dengan tanda.Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode kualitatif dengan pendekatan analisis interpretatif. Data dikumpulkan dengan teknik obeservasi non-partisipan, wawancara informan yang ditentukan dengan teknik sampling purposive, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisis penelitian adalah teori Semiotika oleh Charles Sanders Peirce dengan tiga konsep terkenalnya yakni triadic atau trikotomi yang terdiri dari representamen (tanda), object (objek), dan interpretant (penafsir). Hasil yang diperoleh melalui interprestasi yang dalam hal ini masuk ke dalam klasifikasi penafsir(interpretant) decisign menunjukkan bahwa adanya hubungan sosial antara Etnis Melayu dan Etnis Tinghoa yang disampaikan pada sinopsis tari yang didukung pada gerakan tari menyesuaikan dengan ritual adat sembahyang rebut. Pada realitasnya ritual adat sembahyang rebut menunjukkan adanya hubungan sosial denganberdasarkan pada semboyan “fan ngin tong ngin jit jong” yang artinya “Melayu Cina sama saja”. Selain itu penggunaan warna serta jenis pakaian pada penari menunjukkan adanya perpaduan dari kedua etnis yakni Etnis Melayu dan Etnis Tionghoa. Serta ditinjau secara historis terhadap kedua etnis menunjukkan pada hubungan sosial dalam kaitannya dengan semboyan “fan ngin tong ngin jit jong”atau “Melayu Cina sama saja. Sehingga disimpulkan berdasarkan klasifikasi hubungan sosial menurut Gillin dan Gillin, pernyataan tersebut menunjukkan pada hubungan sosial asosiatif yakni akulturasi